10 April 2021

KISAH NYATA - SEBUAH KE IKHLASAN

KISAH NYATA - SEBUAH KE IKHLASAN



“Mengapa kamu tidak masuk ke dalam? temani saya makan..” kata saya  kepada wanita yang  berdiri depan restoran di kawasan Jayakarta.

“Saya tidak ada uang untuk makan. Tapi saya akan baik baik saja.”
“Ya. Saya yang bayarin.“

“Kedua anak saya yang butuh makan. Saya tidak lapar.”
"Gimana kalau kamu makan dulu, setelah itu  kamu bisa pesan nasi  bungkus untuk kedua  anak kamu.?!" kata saya.

Dia terdiam lama.  Sepertinya dia ragu.
“Saya bukan pelacur, Pak...” Mata sipitnya seperi menyiratkan khawatir.
“Eh siapa yang anggap  kamu pelacur..?!“ kata  saya tersenyum.

“Terus apa maksud bapak ajak saya makan?" katanya ragu.
“Saya memang mau ajak  kamu makan..” tetap  dengan senyum.

Dia terdiam dan nampak ragu. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam restoran.

“Kamu bisa duduk dimana kamu suka. Engga usah dekat saya.”

“Tapi saya tidak ada uang.”
"Saya yang bayar.“ kata  saya yang kemudian  panggil pelayan restoran. 
“Dik, kamu sediakan makan untuk wanita ini.  Bill saya yang bayar.” kata saya.
Wanita itu keliatan tenang. Tapi akhirnya dia  memilih duduk bersama saya. Ya udah.

“Saya dagang kue di stasiun kereta. Punya orang. Saya hanya bantu  jualin” katanya.
Saya tersenyum menyimak.

"Sejak suami saya meninggal, saya merasa kehilangan tongkat. Saya    tidak pernah membayangkan suami begitu cepat pergi. Karenanya saya tidak pernah mempersiapkan untuk mandiri. Kini saya  harus bisa menjadi ibu dan sekaligus ayah bagi kedua anak laki laki saya." 
"Oh..sabar ya.” kata saya.

“Ini malam tahun baru. Tidak semua daganganya  terjual. Namun cukup untuk sekedar makan  bagi kedua anak saya. 
Tadinya saya berencana mampir ke warung beli  indomie. Tapi waktu  nyeberang jalan, ada motor ditabrak oleh kendaraan mewah. Kendaraan itu melarikan diri. Pengendara motor tergeletak di jalan. Untunglah masih sadarkan diri. Saya memanggil taksi dan membawa korban ke rumah sakit. Uang yang  saya dapat hari ini habis  untuk ongkos taksi.” Dia  terdiam lama.
Saya sabar menyimak.

“Rumah saya di belakang Gajah Mada. Tadi saya  lama depan restoran.  Saya membayangkan kedua anak saya lapar. Mereka masih anak anak.” katanya berlinang airmata.

Tuhan hari ini aku menyaksikan anak manusia. Dia telah berkorban untuk berbuat baik. Sementara kedua anaknya kelaparan. Tapi  dia tidak menyesal.  Mungkin saat dia berbuat baik, dia hanya ingat padaMu, yaa Tuhan... tidak ingat kedua  anaknya. Kini dia ada  di hadapanku. Kalau aku  tidak bisa membaca pesan-MU dari peristiwa  yang dialami wanita ini, rasanya aku tidak pantas menyembah-Mu..., kataku dalam hati.

Usai makan, saya mengantarnya pulang dengan taksi. Dalam perjalanan, saya memberinya uang USD 5000. Dia terkejut.
“Terimalah uang ini. Gunakan untuk kamu bertahan. Saya yakin kamu akan baik baik saja.  Kamu orang baik.” kataku.

Dia menangis,
“Bapak baru mengenal saya. Mengapa bapak  baik sekali?"
“Apakah kamu mengenal pengendara motor yang kamu tolong..??" tanya  saya.
“Tidak.”
“Mengapa kamu tolong..?!"
Dia terdiam.

“Apapun alasannya, pasti sama dengan alasan saya membantu kamu.”

Dia segera letakan uang  itu ke ubun-ubunnya,
“Terimakasih Tuhan. Terimakasih, pak.“ katanya.

Taksi berhenti depan gang rumahnya. Saya  terus pulang.
Itu tahun 2004.

*
Tadi sore, jam 6, saya keluar dari gedung Bank  Asing. Saya ada di pinggir  jalan belokan Dukuh  Atas.
Tidak ada taksi lewat.  Akhirnya saya putuskan  untuk panggil Gojek.  Namun sebelum aplikasi gojek saya kirim, ada kendaraan Pajero berhenti samping saya.

“Pak mau kemana?" Tanya anak muda di dalam kendaraan itu.
“Plaza Indonesia.“

“Wah kebetulan. Saya mau jemput ibu saya di Plaza Indonesia. Ikut saya, pak..” kata anak muda itu dengan ramah.  Saya  bingung. Ada apa  ini?

“Bapak kan tamu atasan  saya. Tadi saya liat”
“Oh ya. Kamu kerja di Bank itu?"
“Ya pak. Setelah pulang  dari Amerika, saya dapat kerjaan di Bank itu..”
“Oh hebat.!!”

Sampai di Plaza Indonesia, saya turun di  lobi. Namun sebelum saya masuk ke lobi, ada  wanita yang  melangkah ke arah kendaraan.
Dia tegur saya,
“Bapak..? katanya.
_"Ya bu..“ saya terkejut ditegur  begitu.
“Ada apa..?

"Bapak lupa ya..?? katanya tersenyum.
“Lupa apa..?!"  tanya saya bingung.
“Ingat ngga malam tahun  baru 2004. Bapak tolong saya. Bapak beri saya  USD 5000." katanya berusaha mengingatkan saya.
“Maaf kalau saya salah duga.” sambungnya.
“Oh ya... Benar. Rumah ibu di belakang Gajah Mada..?! Gimana kabarnya, Bu.??” kata saya.

Dia tarik tangan saya ke  arah kendaraan yang tadi  saya tumpangi,
“Hendri, ini loh om yang mama ceritain..." katanya. “Ooh ini, ma..?!”

Anaknya segera turun  dari kendaraan. Dia langsung memeluk saya,
"Mama setiap hari berdoa untuk om. Dia ingin sekali bertemu om. Tapi tidak tahu kemana carinya. Alamat tidak tahu. Saya  dan adik saya juga ingin ketemu..." katanya dengan air mata  berlinang.

“Pak, berkat uang bapak,  saya bisa membesarkan kedua anak saya.“ kata wanita itu.
“Syukurlah. Baik baik selalu ya...“ kata saya tersenyum dan memberikan kartu nama, “Nanti lain waktu kita  atur ketemuan ya... Maaf, saya buru buru, mau ketemu orang” sambung saya.
**
Hikmah cerita:
Kalau dia sukses membesarkan kedua anaknya dan mengirim ke  luar negeri sekolah, tentu bukanlah karena uang saya, tetapi memang dia  orang baik. Sehingga  Tuhan tuntun dia agar  selalu baik baik saja. (dijauhkan dari si Jahat) 

Sumber: “diary.”

Bagikan

Jangan lewatkan

KISAH NYATA - SEBUAH KE IKHLASAN
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

Silakan berikan komentar Anda!