KISAH NYATA - SEBUAH KE IKHLASAN
“Mengapa kamu tidak masuk ke dalam? temani saya makan..” kata saya kepada wanita yang berdiri depan restoran di kawasan Jayakarta.
“Saya tidak ada uang untuk makan. Tapi saya akan baik baik saja.”
“Ya. Saya yang bayarin.“
“Kedua anak saya yang butuh makan. Saya tidak lapar.”
"Gimana kalau kamu makan dulu, setelah itu kamu bisa pesan nasi bungkus untuk kedua anak kamu.?!" kata saya.
Dia terdiam lama. Sepertinya dia ragu.
“Saya bukan pelacur, Pak...” Mata sipitnya seperi menyiratkan khawatir.
“Eh siapa yang anggap kamu pelacur..?!“ kata saya tersenyum.
“Terus apa maksud bapak ajak saya makan?" katanya ragu.
“Saya memang mau ajak kamu makan..” tetap dengan senyum.
Dia terdiam dan nampak ragu. Akhirnya dia mau juga masuk ke dalam restoran.
“Kamu bisa duduk dimana kamu suka. Engga usah dekat saya.”
“Tapi saya tidak ada uang.”
"Saya yang bayar.“ kata saya yang kemudian panggil pelayan restoran.
“Dik, kamu sediakan makan untuk wanita ini. Bill saya yang bayar.” kata saya.
Wanita itu keliatan tenang. Tapi akhirnya dia memilih duduk bersama saya. Ya udah.
“Saya dagang kue di stasiun kereta. Punya orang. Saya hanya bantu jualin” katanya.
Saya tersenyum menyimak.
"Sejak suami saya meninggal, saya merasa kehilangan tongkat. Saya tidak pernah membayangkan suami begitu cepat pergi. Karenanya saya tidak pernah mempersiapkan untuk mandiri. Kini saya harus bisa menjadi ibu dan sekaligus ayah bagi kedua anak laki laki saya."
"Oh..sabar ya.” kata saya.
“Ini malam tahun baru. Tidak semua daganganya terjual. Namun cukup untuk sekedar makan bagi kedua anak saya.
Tadinya saya berencana mampir ke warung beli indomie. Tapi waktu nyeberang jalan, ada motor ditabrak oleh kendaraan mewah. Kendaraan itu melarikan diri. Pengendara motor tergeletak di jalan. Untunglah masih sadarkan diri. Saya memanggil taksi dan membawa korban ke rumah sakit. Uang yang saya dapat hari ini habis untuk ongkos taksi.” Dia terdiam lama.
Saya sabar menyimak.
“Rumah saya di belakang Gajah Mada. Tadi saya lama depan restoran. Saya membayangkan kedua anak saya lapar. Mereka masih anak anak.” katanya berlinang airmata.
Tuhan hari ini aku menyaksikan anak manusia. Dia telah berkorban untuk berbuat baik. Sementara kedua anaknya kelaparan. Tapi dia tidak menyesal. Mungkin saat dia berbuat baik, dia hanya ingat padaMu, yaa Tuhan... tidak ingat kedua anaknya. Kini dia ada di hadapanku. Kalau aku tidak bisa membaca pesan-MU dari peristiwa yang dialami wanita ini, rasanya aku tidak pantas menyembah-Mu..., kataku dalam hati.
Usai makan, saya mengantarnya pulang dengan taksi. Dalam perjalanan, saya memberinya uang USD 5000. Dia terkejut.
“Terimalah uang ini. Gunakan untuk kamu bertahan. Saya yakin kamu akan baik baik saja. Kamu orang baik.” kataku.
Dia menangis,
“Bapak baru mengenal saya. Mengapa bapak baik sekali?"
“Apakah kamu mengenal pengendara motor yang kamu tolong..??" tanya saya.
“Tidak.”
“Mengapa kamu tolong..?!"
Dia terdiam.
“Apapun alasannya, pasti sama dengan alasan saya membantu kamu.”
Dia segera letakan uang itu ke ubun-ubunnya,
“Terimakasih Tuhan. Terimakasih, pak.“ katanya.
Taksi berhenti depan gang rumahnya. Saya terus pulang.
Itu tahun 2004.
*
Tadi sore, jam 6, saya keluar dari gedung Bank Asing. Saya ada di pinggir jalan belokan Dukuh Atas.
Tidak ada taksi lewat. Akhirnya saya putuskan untuk panggil Gojek. Namun sebelum aplikasi gojek saya kirim, ada kendaraan Pajero berhenti samping saya.
“Pak mau kemana?" Tanya anak muda di dalam kendaraan itu.
“Plaza Indonesia.“
“Wah kebetulan. Saya mau jemput ibu saya di Plaza Indonesia. Ikut saya, pak..” kata anak muda itu dengan ramah. Saya bingung. Ada apa ini?
“Bapak kan tamu atasan saya. Tadi saya liat”
“Oh ya. Kamu kerja di Bank itu?"
“Ya pak. Setelah pulang dari Amerika, saya dapat kerjaan di Bank itu..”
“Oh hebat.!!”
Sampai di Plaza Indonesia, saya turun di lobi. Namun sebelum saya masuk ke lobi, ada wanita yang melangkah ke arah kendaraan.
Dia tegur saya,
“Bapak..? katanya.
_"Ya bu..“ saya terkejut ditegur begitu.
“Ada apa..?
"Bapak lupa ya..?? katanya tersenyum.
“Lupa apa..?!" tanya saya bingung.
“Ingat ngga malam tahun baru 2004. Bapak tolong saya. Bapak beri saya USD 5000." katanya berusaha mengingatkan saya.
“Maaf kalau saya salah duga.” sambungnya.
“Oh ya... Benar. Rumah ibu di belakang Gajah Mada..?! Gimana kabarnya, Bu.??” kata saya.
Dia tarik tangan saya ke arah kendaraan yang tadi saya tumpangi,
“Hendri, ini loh om yang mama ceritain..." katanya. “Ooh ini, ma..?!”
Anaknya segera turun dari kendaraan. Dia langsung memeluk saya,
"Mama setiap hari berdoa untuk om. Dia ingin sekali bertemu om. Tapi tidak tahu kemana carinya. Alamat tidak tahu. Saya dan adik saya juga ingin ketemu..." katanya dengan air mata berlinang.
“Pak, berkat uang bapak, saya bisa membesarkan kedua anak saya.“ kata wanita itu.
“Syukurlah. Baik baik selalu ya...“ kata saya tersenyum dan memberikan kartu nama, “Nanti lain waktu kita atur ketemuan ya... Maaf, saya buru buru, mau ketemu orang” sambung saya.
**
Hikmah cerita:
Kalau dia sukses membesarkan kedua anaknya dan mengirim ke luar negeri sekolah, tentu bukanlah karena uang saya, tetapi memang dia orang baik. Sehingga Tuhan tuntun dia agar selalu baik baik saja. (dijauhkan dari si Jahat)
Sumber: “diary.”
Bagikan
KISAH NYATA - SEBUAH KE IKHLASAN
4/
5
Oleh
Frederikus Mardiyanto W
Silakan berikan komentar Anda!